Related Posts with Thumbnails

Wednesday, May 12, 2010

Grafiti Cinta

Grafiti Cinta Buat Fizi
support by. Baims

Kriiingg..! Jam weker Fizi berbunyi. Suranya yang fals, jelas membuat Fizi terbangun tiba-tiba. “Wah, tumben lo dit, nggak telat ngebangunin gue,” katanya kepada jamnya yang diberi nama Didit. Yup, jam weker yang masih setia ngebangunin Fizi saban pagi itu adalah pemberian almarhum mantan pacarnya yang bernama Didit

“Biasanya juga lo disetel jam 5 bunyikan ntar jam setengah 7,”lanjutnya lagi. Lalu ia segera memberesi kamarnya dan bergegas mandi. Di tempat berbeda tapi masih diwaktu yang sama, lucky sahabatnya Fizi masih tidur di meja belajarnya. Disampingnya banyak sekali buku-buku bertumpukan. Buku milik teman-temannya yang nitip dibikinin PR. Maklum, lucky cukup jenius. Setiap tahun gak pernah absent menggaet juara satu di sekolahnya. Lucky emang mempunyai banyak fans dia bukan Cuma pinter tapi juga keren baik, ramah, mudah senyum, dan yang paling penting adalah dia masuk anggota tim basket.
Nggak lama kemudian handphone lucky berbunyi, ia pun terbangun. Dia nggak cepat-cepat mengangkat handphone, malah mengucek-ngucek matanya lebih dulu. Kemudian melongo kea rah jam dinding yang ada di kamarnya.
“masyaallah…! Udah jam setengah enam! Katanya terkejut,
“yah elah… nggak sempat shalat subuh deh, gue.” Lanjutnya lagi.
Lucky memang sangat taat beribadah. Sekali saja nggak shalat, rasanya sangat berdosa. Setelah lama melakukan sujud ampun kepada Tuahan akhirnya dia angkat juga handphone nya yang dari tadi diacuhkannya. Ternyata Fizi Lucky heran tumben banget Fizi jam segini udah bangun. Fizi emang demen banget menelphon sahabat-sahabatnya saat pagi, niatnya sih pengen membangunkan mereka tapi tiap kali ia menelpon, mereka semua sudah sampai sekolah.
Disekolah rupanya ada murid baru namanya Robin. Dia nggak kalah cakep dibandingkan Lucky dan otomatis popularitas lucky dihadapan cewek-cewek akan terenggut dengan paksa oleh Robin.
Hari-hari Fizi, chacha, chika, dan lucky penuh dengan ceria dan canda tawa. Mereka memang selalu begitu, seperti nggak pernah punya masalah. Mereka saling menyayangi terutama Fizi. Mereka bertiga memang sangat menyayangi sahabatnya yang satu ini. Biarpun Fizi kadang menjengkelkan tapi juga menyenangkan. Setiap hari selalu ada saja hadiah yang ia berikan kepada sahabatnya dan kalau ada masalah, Fizilah ynag menjadi tempat yang tepat untuk curhat.
Sampai pada suatu malam yang sangat dingin, dimana angina bertiup dengan kencang dan hujan turun lebat, seorang cowok nekad keluyuran.
Pintu rumah Fizi diketuk dan ialah yang membukanya sendiri. Betapa kagetnya Fizi setelah tau orang yang ada dibalik pintu itu.
“Lucky …? Lo ngapain ke sini?” ujar Fizi kaget. Apalagi lucky dalam keadaan basah kuyup dan seperti menahan dingin yang menyerang.
“eh, ky mendingan lu masuk dulu.” Mereka berduapun masuk dan Fizi tidak lupa menyuguhi minuman hangat beserta menyodorkan handuk untuk lucky.
“ky, lu kenapa, hujan-hujan gini malah ngeloyor ke rumah gue. Ada apa sih ? lo nekad banget, deh. Di luarkan dingin. Ntar kalo lo flu gimana….!
“hatchiiii….!“ baru aja diomongin dah kejadian.
“tuh kan ky, lo kenapa sih.”
Lucky meneguk teh hangat dan Fizi pun diam sejenak sebelum akhirnya ia menceritakan apa yang ingin ia ceritakan.
“keluarga gue zi. Keluarga gue dah hancur.” Fizi diam, ia hanya mendengarkan. Di saat seperti ini ia pun sadar tak seharusnya ia berceloteh tapi mengerti akan tiap-tiap focus permasalahan yang dicurahkan sahabatnya itu.
Lucky melanjutkan ceritanya, “bokap gue yang selama ini gue hormati, bangga-banggain, ternyata nikah sirri zi.” Fizi tersentak mendengarnya. Setangah nggak percaya sih. Karena sepengetahuannya, ayah Lucky itu adalah sosok yang berwibawa dan alim.
“Lu tau dari manaky, kalau Cuma denger gossip yang nggak jelas mah mending gak usah lu percaya saja.”
“Nggak kok Zi.” Lucky langsung menyela,
“Tadi ceweknya dating sendiri ke rumah. Dia minta peresmian. Nyokap jelas marah besar dan nangis lah. Gue gak tahan Zi, ya udah gue dating ke sini aja.”
Fizi turut prihatin, tapi ia tidak bisa berbuat banyak, ia nggak boleh ikut campur dalam urusan keluarga orang lain. Dan ia hanya bisa memberi dukungan agar lucky bisa kuat menerima cobaan hidup yang emang wajib terjadi dan perlu dilewati.

***
Hari demi hari di sekolah pun dijalani Lucky seperti biasa. Tetap menjadi Lucky yang ceria dan gokil. Sampai akhirnya libur semesteran pun tiba. Sekolah Fizi mengadakan wisata ke Bali selama minggu. Terang saja jika semua makhluk bernyawa yang bersangkutan dengan peristiwa unforgettable itu sangatlah senang terutama ganknya Fizi.
Di bali mereka bersenang-senang dan menghabiskan waktu dengan canda tawa dan selalu bersama. Sampai akhirnya pada suatu hari lucky mengetahui kalau ternyata gue pasti siap ngedengerin kok.” Robin hanya tersenyum dan berterima kasih pada sahabat barunya itu. Ia tak menyangka bakal ada orang yang mau baik benget sama dia kayak gini. Robin pun akhirnya cerita.
“sebenarnya nyokap gue bukan cewek baik-baik Zi. Ya bukan maksudnya ngejekin nyokap sendiri, tapi itu kenyataan. Nyokap dulu sering banget pulang pagi, malah sering nggak pulang. Dia suka maen sama om-om, dugem, malahan udah sering ngedrugs.”Fizi saat itu hanya jadi pendengar sejati seperti halnya waktu Lucky curhat dengannya. Robin pun melanjutkan ceritanya.
“Tapi semenjak kenal bokap Lucky, sedikit demi sedikit nyokap barubah Zi, yah ke yang positif. Dan yang bikin gue nangis, nyokap dah mau sholat, beliau malah suka marah kalo gue telat sholat dan itu kan berarti otomatis nyokap dah ninggalin masa lalunya yang kelam dan sesat. “ Fizi jadi semakin lebih tau tentang keadaan temannya yang satu ini.
“Oh gitu yah bin. Wah berarti kehadiran boakpnya Lucky itu dah berarti banget dong bagi nyokap lo.”
“Ya iya lah Zi. Zi gue mohon banget ya sama lo. Tolong zi gue pengen baikan sam Lucky. Plis ya Zi, lo mau kan bantuin gue. Lo harapan gue satu-satunya Zi.”
“iya deh Bin. Gue usahain.” Jawab Fizi menenangkan hati Robin. Tetapi ternayata harapan Robin pun kandas sudah, belum sempat membantu.fizi sudah keburu dibenci sama ketiga sahabatnya. Mereka mengecam bahwa Fizi adalah penghianat.
Ternyata Windi, salah satu secret admirenya Lucky mengarang cerita yang tidak benar tentang Fizi. Hal itu ia lakukan karena ia sangat membenci Fizi lantaran ia sangat akrab dengan Lucky. Tetapi terang aja Fizi, Lucky, chacha dan Chika tidka mengetahui hal itu. Fizi malah minta tolong Windi untuk bias berbaikan lagi dengan ketiga sahabatnya itu. Wind I pun menerima permintaan Fizi padahal ia hanya berpura-pura baik. Malahan di belakang Fizi ia semakin memanas-manasin temannya Fizi dengan cerita yang membuat mereka semakin membenci Fizi.
Sampai akhirnya pada suatu hari, Windi berdiri di tengah jalan raya dan hamper tertabrak sebuah truk. Untung saja ada Fizi. Windipun akhirnya selamat. Tapi… naasbuat Fizi, justru ia yang ditabrak. Fizi segera dilarikan ke rumah sakit karena pendarahan. Teman-teman fizipun menjenguknya terutama ketiga sahabatnya yang sudah membencinya. Tapi seolah kebencian itu terhapuskan setelah tau kejad ian yang menimpa Fizi yang malang itu.
Kesembuhan yang diharapkan Fizi dan semua teman-temannya tidak terjadi. Keesokan harinya malah terdengar kabar bahwa Fizi meninggal Dunia. Semua orang yang kenal dengan Fizi bersedih. Teruatama ketiga sahabatnya.
Akhirnya Windipun menceritakan tentang semua kejadian yang sebenarnya bahwa ia telah memfitnah Fizi. Hal itu jelas membuat ketiga sahabatnya Fizipun menjadi sangat membenci Windi dan mereka menyesal karena lebih mempercayai orang lain ketimbang Fizi.
Dalam suasana mend ung hari itu, ketiga sahabatnya itu beserta robin, masih terduduk lesu menatapi kuburan Fizi. Chacha mengusap batu nisan, kelihatannya ia sangat menyesal.
“Zi, maafin kita ya Zi soalnya kita udah salah paham sama lo. Kita nyesel Zi. Tapi kita sadar kok Zi kalau ini semua udah terlambat. Sekali lagi maafin kita ya Zi. Sampai kapan pun lo tetap sahabat kita Zi,” katanya mewakili teman-teman nya seolah fizi mendengarnya.
Lalu Robin berkata, “Sahabat itu seperti sebuah ukiran pada pasir pantai. Jika suatu saat kan hilang disapu ombak tapi kita tahu suatu kisah pernah terukir di sana. Makanya kita harus menghargai tiap-tiap ukiran itu sebelum akhirnya ia menghilang.”
Lucky, Chacha, dan Chika tertegun mendengar ucapan Robin. Ada benarnya juga.
“Bin maafin kita ya, soalnya kita udah pernah ngebenci lo.” Kata Lucky mewakili teman-temannya.
“iya, kalian udah gue maafin kok.” Dan akhirnya mere pun bersahabat.
Robin berjalan menyesal dan sedih. Ia pergi menuju suatu gudang. Di dinding gudang itu, telah tertuliskan seni lukis graffiti yang sengaja dia persiapkan buat fizi. Itu semua buat nembak Fizi. Setangah mati ia penuhi seisi ruangan di gudang itu dengan bermacam-macam tulisan yang merupakan ungkapan sayanganya dengan tulisan graffiti. Tapi sekarang, semua sia-sia. Tulisan itu kini hanyalah goresan tanpa makna dan tujuan.

1 comments:

Anonymous said...

Bagus banget :)

Post a Comment

 
© Copyright by Perjalanan Hidup  |  Template by Blogspot tutorial