“Mulai sekarang, gue nggak mau makan malam ah!” suar kencang milik sahara tadi bikin suasana kelas yang tadinya ramai, jadi hening.
Krik… krik…
“Ups … suar gue kekencangan ya?” Tanya Sahara berbisik ke teman sebangkunya, Karin. Karin menghela nafas panjang.
“Please deh, Sahara. Suara lo itu tetap aja kedengaran. Kenapa lo? Mau diet? Ha ha ha…” itu suara Kevin, badut kelas yang setiap hari ngegodain Sahara. Cewek rada ndut itu melotot bet eke Kevin.
“Kenapa emang?”
“Ya…kalo elo langsing, siapa yang gue panggil Fatty di sini?”
“Ngaca dong. Kan elu juga gendut. Wee…!”
“Dasar. Fatty Sahara!”
“Kevin Fatso Sufatso!”
Suasana kelas jadi ramai. Sahara vs Kevin. Ah, tradisi lama. Nggak pernah serius, hanya becanda.
Istirahat ke dua, Kevin ngedekati Karin yang lagi duduk berdua cowoknya, Bayu.
“Ehm….Rin, Bay. Gabung. Ya.”
“Silakan. Whuz up, Man?” kata Bayu sambil menepuk pundak Kevin.
“Great. Gue bingung ama si Sahara, kata Kevin. “Karin, emang kenapa sih Sahara mau diet segala? Dia lucu lagi kalau ndut gitu,” kata Kevin. Pipi gembulnya kemerah-merahan. Karin cengengesan.
“Lo kesambet hantu taman, Rin?”
“Enak aja. Yah, wajar kali Vin kalau Sahara mau diet. Dia nggak tahan kali lo godain melulu tiap hari,” jawab Karin.
“Sejak kapan dia jadi sensi gitu. Biasanya juga dia badak. Mau gue katain apaan juga, dia bias ngebales.”
“Tu anak kan nggak punya perasaan,” kata Kevin. Tangannya menggaruk-garuk bekas jerawat di hidungnya.
“Atau….da lai jatuh cinta, makanya mau diet,.” Kata Bayu lagi. Kuku jari Kevin mencakar hidungnya sendiri.
“Addduhhh!!!”
Kevin ngelihatin Sahara, yang duduk di barisan ke dua dari depan. Rambutnya yang rada ikal, diikat jadi ekor kuda. Hmmm……masak sih tu anak bisa jatuh cinta?
“gue harus tahu cowok yang bukin dia mau diet,” kata Kevin dalam hati.
Sepulang sekolah, Kevin langsung nyamperin sahara. Gadis manis itu sebenarnya gak gendut-gendut amat. Lumayanlah, ukuran bajunya 14. ukuran sepatu 41. tingginya 165 cm. beratnya… ah, mendingan gak usah dibilangin deh.
“apaan lo? Minggir sana.”
Belum sempat Kevin ngomong, sahara sudah duluan nyorot. “yey. Lo kenapa sih? Peace dong. Peace …”jari Kevin negebentuk lambanng peace.
Sahara berusaha keras nahan senyum. “Ra… lo marah ya sama gue? Iya sih, gue emang suka ngegodain elo. Tapi kan Cuma becanda. Lagian, gue juga gendut. Lebih gendut dari lo malah.”
“GR! Siapa juga yang diet gara-gara lo.”
“Lha, trus… kenapa lo diet? Lo diejek sama cewek-cewek centil kelas tiga itu ya? Tenang aja, meskipun kita masih kelas satu, gue berani kok sama mereka.”
“nggak.”
Sahara berjalan keluar kelas.
“Lo dihukum sama nyokap lo ya, gara-gara kegendutan?”
“Ngaco! Enggaklah.”
“Lo penyakitan ya?”
“Enak aja!” kali init as Sahara mampir ke punggung Kevin.
“Ehm…atau … nggak ah. Malu.”
“Apaan? Jangan aneh-aneh ya?”
Heran deh, kok sahra masih mau ngeladenin kecvin, ya? Kan pembicaraan jadi nggak jelas gini.
“Euh… jangan-jangan lo kesusahan nyari ukuran bra yang pas?” Suara Kevin pelan banget.
“Cowok kurang ajar!!!”
Bug…Bug…Bug…
“Huwaaaa…ampuuuunnnn…!!”
Untung Pak Iwan, sekuriti sekolah, ada di sana. Kalau ngak, wah… kayaknya Kevin nggak bakalan selamat tuh.
***
Malamnya, sahara menerima 10 SMS permintaan maaf dari Kevin, disusul dengan 15 menit percakapan di telepon. Kevin benar-benar menyesal dengan ucapannya siang sebelumnya.
Mereka akhirnya rukun lagi. Tapi Kevin tetap saja nggak ngedepetin jawaban kenapa sahabatnya itu nekat ngejalani diet. Kevin benar-benar khawatir dengan Sahara. Plus merasa kehilangan, karena sekarang dia selalu sendirian makan di kantin. Kevin ngak bias ngebayangin gimana rasanya. Seminggu berlalu. Belum banyak yang berubah dari diri Sahara. Dia masih saja gendut. But she seems happier than she was. Kevin juga melihat keanehan yang lain. Sekarang Sahara jarang dijemout opir bokapnya. Dia lebih sering naik angkot, atau … jalan kaki.
“nah, itu kan aneh banget, Rin,” kata Kevin.
“Iya sih. Jarak sekolah kita dengan rumah Sahara, lumayan jauh. Kalau naik angkot cumin sekali sih. Tapi kalau jalan kaki, hmmm …, “ kata Karin.
“Tu anak sakit deh gue rasa…”
“Hus. Nggak lagi. Sahara is fine.
Dia …” Karin mendadak terdiam. Kayak nutupin sesuatu.
Kevin dan Bayu lihat-lihatan.
“Cuma apa?” Tanya Bayu.
“Kok elu yang nanya, Bay? Harusnya gue dong, “Kevin protes.
“Gue ikutan penasaran nih.”
“kreatip dong, kreatip.”
“kreatif!” Bayu bete.
Krin cuek, menyendok baksonya pelan-pela. Membiarkan dua cowok disampingnya penasaran.
“Dua minggu lagi, gue baru bias ngasih tahu deh,” kata Karin setelah beberapa saat.
“Kenapa nggak sekarang aja Rin,” desak Kevin. Tampangnya dibikin meme;as.
“Kalau bisa malah kemarin, ya. Puas?!” Karin kumat juteknya. Nyaris kesedakbakso.
Bayu langsung mingkem. Dia tahu persis watak ceweknya. Mendiangan diam nyari selamat.
Kevin buru-bruru ngabisisn the botolnya.
“Maaf nih. Gue musti buru-buru ke kelas. He he … thanks ya Rin. Thanks ya, Bay, udah nraktir gue,” katanya
Tanpa nunggu jawaban, Kev in langsung ngacir. Karin dan bayu saling memandang.
“Kayaknya gue nggak janji nraktir dia deh.” Gumam bayu.
“gue juga,” kata Karin.
“Dasar … Nggak apa-apa deh. Sesekali.”
Karin tersenyum. Matanya mencari-cari sosok Sahara di sekelilingnya. Nggak ada. Karin mendesah. Bukan karena Sahara. Dia kepedasan. Huah…
***
Karin menelpon Sahara.
“Ara, Kevin penasaran tuh. Bayu ikut-ikutan. Mereka mendesak gue mulu.”
“Penasaran apaan?’
“Penasaran ama elo, dodo! Tingkah lo kan ajaib akhir-akhir ini,” seru Karin.
“Ha ha ha… pada kena kibulan gue kalau gue diet, ya?”
“Hi hi hi … iya Pada ketipu.”
“Duh, hari gini diet. Rugiiii…”
“ya udah. Jadi kapan lo mau ngebilangin Kevin?”
“Kapan Ya”
’Kasihan tu anak. Dia ngira lo lagi jatuh cinta sama ketua tim basket kita.”
“Ha ha ha… Bram emang keren s ih. Sayanganya dia nggak ngelirik gue, Hi hi hi… “
“ra, dua minggu lagi aja, ya? Jangan lebih dari itu. Gue nggak tahan diteroro Kevin.”
“Sure.í
***
Beneran saja. Dua minggu setelah itu, Sahara nepatin janjiny. Pagi-pagi sebelum pelajaran mulai, dia sudah senyum-senyum ke Kevin. Biasanya, dua makhluk itu saling nyela. Cowok bertubuh subur itu tertawa lebar melihat Sahara seramah itu.
“hai, Beib..”
“Tar, pulang sekolah, ikutgue ya…” Kevin bengong.
“Iya, kan lo penasaran tuh sam gue. I’m doing just fine lagi.”
Sebelum Kevin menjawab Sahara melanjutkan ucapannya. And I’m not on a diet.” Ia berlalu ke kursinya sendiri.
Kevin menggaruk-garuk kepalanya. “Girl… susah dimengerti,” gumamnya.
Sepulang sekolah, Sahara, Bayu, Karin, dan Kevin jalan bareng. Pada awalnya Sahara maksain mereka jalan kaki saja menuju “sebuah tempat”. Tetapi Kevin protes. Ia lalu memaksa teman-temannya itumasuk ke mobilnya.
“Lumayan deket sih, Vin. Ya udah, pelan-pelan aja ya,” kata Sahara sambil memakai seatbelt.
“oke. Tenang aja. Gue kan bukan Lewis Hamilton. He he he,” jawab Kevin.
Kira-kira tiga ratus meter dari sekolah mereka, Sahara meminta Kevin membelokkan mobilnya di sebuah jalan kecil, lalu berhenti.
“Yup. This is it. Udah nyampai. Yuk…,” kata sahara dengan gembira.
Ia buru-buru turun. Kevin dan Bayu membaca papan nama di depan bangunan sederhana yang ada dihadapan mereka. Panti Asuhan Bahagia.
Sahara dan Karin senyum-senyum melihat dua cowok itu bengong.
“Gue nggak diet kok. Lihat aja, badan gue masih luas begini. Mmm… sebenarnya gue naggak mau bilang kenapa, atakut dibilang pamer. Gue jadi volunteer dip anti asuhan ini. Ngajarin anak SD belajar, dari Senin sampai Jumat. Pulang sekolah, gue langsung ke sini,” kata Sahara.
“Trus, kenapa lo sengaja bilang kalau lo diet?” Tanya Kevin.
“Hmm…Gini, semakin lama gue deket sama anak-anak dsi sinim, gue semakin ingin berbagi kesenangan sam mereka.Sementara gue belum bisa dapet duit sendiri, y ague cari jalan lain. Gue ngambil dari uang saku mingguan gue. Setelah gue hitung-hitung, lumayan juga hasilnya kalau tiap hari gue nyisihin lima belas ribu. Ya udah, jatah jajan di sekolah yang gue pakai. Nah, kalau gue nggak bilang kalau gue diet, kalian pasti pada maksa ngajakin gue ke kantin. Atau pulang sekolah ke kafe. He he he … “ Sahara tersenyum lebar.
“Dan gue dipaksa Ara supaya nggak bilang ke kalian, Kata Karin.
“Nah, sebentar lagi kan Tahun baru. So, gue pengen ngerayuain sam anak-anak di sini. Uang yang sudah gue kumpulin selama ini, gue mau serahin ke pengurus pasuhan. Tahun baru, ortu gue udah mau jadi sponsor,”ujar Sahara.
Kevin memerah mukannya.
“Ra, gue jadi malu hati nih. Kok selama ini ngak kepikiran punya kegiatan semulia yang lo lakuin ,”kata Kevin.
“Gue juga” kata Bayu.
“Ra, gue juga mau nyumbnag dong. Gue juga mau ngerayain Tahun Baru di sisni. Boleh, kan?” Tanya Kevin. “Lo juga, kan, Bay?”
Bayu mengangguk.
“Boleh banget! Wah, mereka pasti senang. Yuk, yuk… gue kenalin ke anak-anakdi sini. Sam pengurus panti asuhannya juga.”
“Besok kita ke sini lagi. Ikutan bersih-bersih and menghias ruangannya. Gimana, Ra?” Tanya Karin.
“Good Idea. Sebenarnya itu yang gue mau bilang ke kalian ke s ini.”Sahara melangkah mantap ke dalam panti asuhan. Tempat yang selama ini seakan menjadi rumah keduanya.
Ketiga sahabatnya mengikuti langkahnya. Mereka kagum dengan Sahara. Sedangkan Kevin, he feels more than that.” Kayaknya gue naksir beneran nih sama Ara,” katanya pelan.
0 comments:
Post a Comment